Kompetensi Sarjana Teknologi Pendidikan
Saya ini kuliah S1 di program studi teknologi pendidikan. Kalo lulus, kompetensinya apaan ya? Nah kalo lanjutin S2 atawa S3, kemampuan yang akan saya kuasai apa? Ini adalah pertanyaan saya sendiri ketik kuliah S1 Teknologi Pendidikan. Rupanya, ketika saya ndoseni TP di UNJ, pertanyaan serupa juga banyak dilontarkan oleh mahasiswa. Begini ceritanya, kawan!
Kalao kita mengacu pada definisi teknologi pendidikan menurut AECT tahun 2004, maka teknologi pendidikan adalah teori dan praktek dalam merancang, mengembangkan, memanfaatkan, mengelola dan mengevaluasi proses dan sumber belajar. Oleh karena itu, kawasan bidang garapan teknologi pendidikan adalah seperti digambarkan dalam diagram berikut:
Jadi, seorang sarjana teknologi pendidikan dapat menjadi profesi sebagai berikut:
- Perancang proses dan sumber relajar; dimana lingkup pekerjaannya meliputi perancangan sistem pembelajaran, desain pesan, strategi pembelajaran dan karakteristik pebelajar;
- Pengembang proses dan sumber belajar; dimana lingkup pekerjaannya meliputi pengembangan teknologi cetak, teknologi audiovisual, teknologi berbantuan komputer dan teknologi terpadu lainnya.
- Pemanfaat/pengguna proses dan sumber belajar; dimana lingkup pekerjaannya meliputi pemnafaatan media pembelajaran, difusi inovasi pendidikan, implementasi dan institusionalisasi model inovasi pendidikan, serta penerapan kebijakan dan regulasi pendidikan.
- Pengelola proses dan sumber belajar; dengan lingkup pekerjaan meliputi pengelolaan proyek, pengelolaan aneka sumber belajar, pengelolaan sistem penyampaian, dan pengelolaan sistem informasi pendidikan.
- Evaluator/peneliti proses dan sumber relajar; dengan lingkup pekerjaan meliputi melakukan analisis masalah, pengukuran acuan patokan, evaluasi formatif, evaluasi sumatif dan penelitian kawasan pendidikan lanilla.
Perlu diingat bahwa, mengacu pada definisi di atas dan definisi AECT tahun 2004, yang mengatakan bahwa teknologi pendidikan sebagai studi dan praktek etis dalam memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja dengan menciptakan, menerapkan, dan mengelola proses dan sumber teknologi yang tepat. Kedua deifnisi tersebut telah memperjelas batasan lapangan pekerjaan teknolog pendidikan. Tujuan utama teknologi pendidikan tidak hanya memecahkan masalah belajar tapi juga meningkatkan kinerja. Definisi ini lebih memperjelas bahwa lapangan pekerjaan teknolog pendidikan cukup luas, tidak hanya terbatas di lingkungan persekolahan saja tapi lebih jauh juga meliputi lingkungan non-persekolahan seperti organisasi pada semua sektor baik pemerintah maupun swasta sejauh terkait dengan upaya pemecahan maslah peningkatan kinerja melalui proses pembelajaran (isntrcutional proceses).
Nah pertanyaan berikutnya, kalo S1 kedalamannya dalam hal apa saja dan sejauh mana? Apa bedanya dengan S2 dan atau S3? Ini pertanyaan lain bung! Tapi, dapat dijelaskan koq.
Prof Yusufhadi Miarso, tahun 2004 telah melakukan suatu survey dan menganalisis kompetensi teknologi pendidikan untuk jenjang S1, S2, S3 seperti digambarkan dalam diagram sebagai berikut:
Nah, silakan lihat sendiri. Kalo Anda S1, penekanannya dimana? apakah dalam desain, pengembangan atau pemanfaatan? Begitu pula dengan S2 dan S3.
Sebenarnya, Prof. Yusufhadi Miarso, membagi kawasan bidang garapan teknolog pendidikan menjadi enam, dimana Ia menambahkan kawasan penelitian estela kawasan evaluasi. Diagram di atas menjelaskan perbedaan kompetensi teknolog pendidikan antara strata 1 (S1), strata 2 (S2) dengan strata 3 (S3). Tampak jelas bahwa kompetensi S1, lebih ditekankan pada kawasan pemanfaatan/penggunaan. Sementara, untuk S2 lebih menekankan pada fungsi pengelolaan, penilaian dan penelitian disamping perancangan (desain) yang setingkat dibawah S3. Untuk S3, lebih memfokuskan diri pada penilaian dan penelitian disamping perancangan. Hasil survey ini telah memberikan gambaran bagi lembaga penyelenggara pendidikan porgram studi teknologi pendidikan dalam menyusun kurikulum serta kebutuhan sumber daya laninnya untuk menunjang pendidikan jenjang S1, S2 dan S3.
Sumber: http://www.teknologipendidikan.net/?p=126
Visi Teknologi Pendidikan
Teknologi pendidikan dapat dipandang dari berbagai sisi. Cara pandang tersebut melandasi langkah gerak teknologi pendidikan dalam dunia pendidikan. Teknologi pendidikan dapat dipandang sebagai suatu disiplin ilmu, bidang garapan, dan profesi. Masing-masing sudut pandang memiliki syarat-syarat tersendiri; dan teknologi pendidikan sudah memenuhi seluruh persyaratan ditinjau dari ketiga visi tadi.
Peningkatan teknologi pendidikan sebagai ilmu dan profesi ditentukan oleh kawasan dan bidang garapan. Teori berfungsi sebagai pemandu jalur arah perkembangan teknologi pendidikan agar benar. Bidang garapan mengembangkan, menerapkan, membuktikan, dan memperbaiki teori berdasarkan masukan dari lapangan.
Makalah ini membahas visi teknologi pendidikan baik dilihat dari sisi disiplin ilmu, bidang garapan, maupun profesi. Silakan baca dan download selengkapnya disini: dsp_visi_teknologi_pendidikan.pdf
Sumber: http://www.teknologipendidikan.net/?p=126
Prolog
William J Rothwell menjelaskan hal baru tentang desain pembelajaran. Ia mengatakan bahwa desain pembelajaran bukan hanya sekedar menciptakan pembelajaran, seperti merumuskan tujuan, mennetukan topik, menentukan strategi pembelajaran, mengavaluasi hasil belajar dan lain-lain. Tapi secara lebih luas, tujuan utama desain pembelajaran adalah untuk memecahkan masalah kinerja manusi. Gila, bukan? Bukankah selama ini, kita hanya tahu desain pembelajaran seperti pada pandangan pertama di atas? Penekanan pada maslah kinerja ini, memaksa desainer pembelajaran untuk memulai pekerjaannya sejak mulai analisis masalah kinerja, identifikasi akar masalah, mempertimbangkan berbagai kemungkinan solusi dan mengimplementasikan solusi yang dirancang sedemikian rupa untuk mengantisipasi konsekuensi yang tidak diharapkan.
Desain Pembelajaran sebagai Profesi
Desain pembelajaran juga merupakan suatu profesi. William J. Rothwell menjelaskan adanya 10 asumsi kunci profesi desain pembelajaran, sebagai beirkut:
1. Desainer pembelajaran adalah orang-orang yang menunjukkan kemampuan desain dalam pekerjaan terlepas dari jenis pekerjaan dan pelatihan. Artinya, Desainer Pembelajaran harus mampu memecahkan masalah kinerja, untuk jenis pekerjaan apapun ditempat manapun. Maksudnya, seorang desainer pembelajaran walaupun tidak memiliki latar belakang pendidikan dan ekahlian dalam bidang tertentu, dapat melakukan pekerjaan mendesain pembelajaran atau memecahkan masalah kinerja untuk pekerjaan apapun dan di tempat manapun. Contoh, walapun kita sebagao seorang desainer pembelajaran, tidak memiliki keahlian dan latar belakang pendidikan dalam bidang militer, tapi kita dapat merancang pembelajaran di salah satu Angkatan Bersenjata, misalnya.
2. Kompetensi mendesain pembelajaran berhubungan dengan orang-orang yang bekerja dalam seting pekerjaaan apapun. Artinya, seorang desainer pembelajaran tidak bekerja sendiri, tapi berkolaborasi dengan ahli dalam bidang lain yang terkait.
3. Desain pembelajaran adalah proses yang secara umum dipandu atau mengacu pada prinsip dan model desain sistematis tertentu. Ada beragam model desain pembelajaran yang dapat dijadikan acuan oleh seorang desainer pembelajaran. Artinnya, seorang desainer pembelajaran harus memahami dan menguasai berbagai prisnip dan model-model desain pembelajaran dan mampu menggunakan model yang relevan sesuai dengan masalah kinerja yang ingin dipecahkan … kita tahu ada model Dick and Carey, model Atwi Suparman, Model Gerlach Elly dan lain-lain. Semuanya memiliki tujuan dan peruntukkannya sendiri-sendiri. Seorang desainer pembelajaran harus mampu kapan dan mengapa menggunakan model Dick and Carey, model Kemp, model Gerlach Elly dll. Tidak mungkin, dan tidak diperkenankan seorang desainer pembelajaran bekerja tanpa mengacu pada model yang relevan dan dkiuasainya.
4. Desain pembelajaran sering dipandang sebagai upaya menghasilkan transfer pelatihan dan peningkatan kinerja organisasi. Tujuan utama desain pembelajaran adalah peningkatan kinerja organsiasi.
5. Kompetensi desainer pembelajaran terentang mulai dari novice (amatir), berpengalaman (experienced), dan ahli (expert).
6. Beberapa desainer pembelajaran, terlepas dari keahliannya mampu menunjukkan semua kompetensi desain pembelajaran. Tidak semua desainer pembelajaran menguasai betul semua kompetensi desain pembelajaran. Desainer pembelajaran tidak harus menguasai semua desain pembelajaran. Cukup ekspert pada beberapa hal yang spesifik. Sama seperti dokter, tidak harus menguasai segala jenis spesialisasi. bukan begitu?
7. Kompetensi desain pembelajaran bersifat generik, dapat diubah untuk disesuaikan dengan kebutuhan (customization). Jelas, ya ga perlu dibahas lebih jauh.
8. Kompetensi desain pembelajaran menentukan cara dimana desain/perancangan harus dilakukan. Nah yang ini saya ga negrti persis maskudnya. ada yang bisa bantu?
9. Kompetensi desain pembelajaran merefleksikan nilai-nilai dan etika disiplin dan sosial. Desainer pembelajaran memiliki nilai dan kode etik. Sama seperti profesi lain, memiliki kode etik dan tata nilai yang harus dipatuhi … dokter, wartawan, pengacara, guru dan lain-lain sama-sama memiliki kode etik dan tata nilai masing-masing. Bahkan ada beberapa asosiasi yang mengeluarkan sertifikasi dan berhak memberikan lisensi atau mencabut profesinya bila melanggar tata nilai dan kode etik yang berlaku, seperti Association of Human Performance, dll.
10. Kompetensi desain pembelajaran harus bermakna dan berguna bagi desainer pembelajaran di seluruh dunia ini. Kompetensi desainer pembelajaran bersifat universal.
Fokus Desain Pembelajaran
Fokus desain pembelajaran adalah memecahkan masalah kinerja secara efektif dan efisien. Efektif sama dengan apakah kita melakukan sesuatu yang benar? dan efisien sama dengan apakah kita melakukan sesuatu dengan benar.
Landasan Panduan
Apa yang menjadi landasan panduan seorang desainer pembelajara dalam memecahkan masalah kinerja? Dasarnya adalah model konerja manusia. Model kinerja manusia menurut William terdiri dari dua, yaitu model komprehensif (comprehensive model) dan model situasional khusus (situation-specific model). Lengkapnya lihat presentasi saya.
Implementasi Desain Pembelajaran
Desain pembelajaran tidak dilaksanakan secara intuitif, apalagi dikarang-karang. Tapi dilakukan secara sistematis, terurut berdasarkan langkah-langkah tertentu dan holistik alias komprehensif. Dilakukan secara sistemik, bukan pasrial. Bisa saja dilakukan secara linier atau setahap demi setahap, atau bahkan ietratif, dan tidak harus linier Begitu menurut Om Will, termasuk tante Rita Richey juga bilang begitu.
Dasar Desain Pembelajaran
Desain pembelajaran mengadopsi pandangan sistem terbuka. Artinya, proses apapun dipengaruhi oleh lingkungan. Desain pembelajaran merupakan proses iteratif yang dipengaruhi oleh lingkungan. proses Desain pembelajaran menerima input dari lingkungan, mentransformasi kedalam operasi dalam sistem, mengirim output ke lingkungan dan menerima umpan balik yang menunjukkan seberapa baik fungsi berjalan.
Terakhir, Om Will menekankan bahwa tujuan desain pembelajaran adalah untuk memperoleh hasil yang paling cost-effective. Artinya. desainer pembelajaran harus mampu mengestimasi biaya dibandingkan dengan hasil yang ingin dicapai. Cost yang dikeluarkan untuk memcahkan masalah kinerja harus sebanding dengan impact dari solusi yang diimpelementasikan dalam organisasi.
Sumber: http://fakultasluarkampus.net/2010/09/memahami-desain-pembelajaran/