2011-04-26

FILOSOFIS PENDIDIKAN

1.  PENGERTIAN FILSAFAT

Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mcngenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.  
Ciri-ciri berfikir filosfi :
  1. Berfikir dengan menggunakan disiplin berpikir yang tinggi.
  2. Berfikir secara sistematis.
  3. Menyusun suatu skema konsepsi, dan
  4. Menyeluruh.
Empat persoalan yang ingin dipecahkan oleh filsafat ialah :
  1. Apakah sebenarnya hakikat hidup itu? Pertanyaan ini dipelajari oleh Metafisika
  2. Apakah yang dapat saya ketahui? Permasalahan ini dikupas oleh Epistemologi.
  3. Apakah manusia itu? Masalah ini dibahas olen Atropologi Filsafat.
Beberapa ajaran filsafat yang  telah mengisi dan tersimpan dalam khasanah ilmu adalah:
  1. Materialisme, yang berpendapat bahwa kenyatan yang sebenarnya adalah alam semesta badaniah. Aliran ini tidak mengakui adanya kenyataan spiritual. Aliran materialisme memiliki dua variasi yaitu materialisme dialektik dan materialisme humanistis.
  2. Idealisme yang berpendapat bahwa hakikat kenyataan dunia adalah ide yang sifatnya rohani atau intelegesi. Variasi aliran ini adalah idealisme subjektif dan idealisme objektif.
  3. Realisme. Aliran ini berpendapat bahwa dunia batin/rohani dan dunia materi murupakan hakitat yang asli dan abadi.
  4. Pragmatisme merupakan aliran paham dalam filsafat yang tidak bersikap mutlak (absolut) tidak doktriner tetapi relatif tergantung kepada kemampuan minusia.
Manfaat filsafat dalam kehidupan adalah :
  1. Sebagai dasar dalam bertindak.
  2. Sebagai dasar dalam mengambil keputusan.
  3. Untuk mengurangi salah paham dan konflik.
  4. Untuk bersiap siaga menghadapi situasi dunia yang selalu berubah.
2.  FILSAFAT PENDIDIKAN
 
Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan.
Beberapa aliran filsafat pendidikan;
  1. Filsafat pendidikan progresivisme. yang didukung oleh filsafat pragmatisme.
  2. Filsafat pendidikan esensialisme. yang didukung oleh idealisme dan realisme; dan
  3. Filsafat pendidikan perenialisme yang didukung oleh idealisme.
Progresivisme berpendapat tidak ada teori realita yang umum. Pengalaman menurut progresivisme bersifat dinamis dan temporal; menyala. tidak pernah sampai pada yang paling ekstrem, serta pluralistis. Menurut progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya pengalaman-pengalaman baru antara individu dengan nilai yang telah disimpan dalam kehudayaan. Belajar berfungsi untuk :mempertinggi taraf kehidupan sosial yang sangat kompleks.  Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
3.  ESENSIALISME DAN PERENIALISME
  
Esensialisme berpendapat bahwa dunia ini dikuasai oleh tata yang tiada cela yang mengatur dunia beserta isinya dengan tiada cela pula. Esensialisme didukung oleh idealisme modern yang mempunyai pandangan yang sistematis mengenai alam semesta tempat manusia berada.
Esensialisme juga didukung oleh idealisme subjektif yang berpendapat hahwa alam semesta itu pada hakikatnya adalah jiwa/spirit dan segala sesuatu yang ada ini nyata ada dalam arti spiritual. Realisme berpendapat bahwa kualitas nilai tergantung pada apa dan bagaimana keadaannya, apabila dihayati oleh subjek tertentu, dan selanjutnya tergantung pula pada subjek tersebut.
Menurut idealisme, nilai akan menjadi kenyataan (ada) atau disadari oleh setiap orang apabila orang yang bersangkutan berusaha untuk mengetahui atau menyesuaikan diri dengan sesuatu yang menunjukkan nilai kepadanya dan orang itu mempunyai pengalaman emosional yang berupa pemahaman dan perasaan senang tak senang mengenai nilai tersehut. Menunut realisme, pengetahuan terbentuk berkat bersatunya stimulus dan tanggapan tententu menjadi satu kesatuan. Sedangkan menurut idealisme, pengetahuan timbul karena adanya hubungan antara dunia kecil dengan dunia besar. Esensialisme berpendapat bahwa pendidikan haruslah bertumpu pada nilai- nilai yang telah teruji keteguhan-ketangguhan, dan kekuatannya sepanjang masa.
Perenialisme berpendirian bahwa untuk mengembalikan keadaan kacau balau seperti sekarang ini, jalan yang harus ditempuh adalah kembali kepada prinsip-prinsip umum yang telah teruji. Menurut. perenialisme, kenyataan yang kita hadapi adalah dunia dengan segala isinya. Perenialisme berpandangan hahwa persoalan nilai adalah persoalan spiritual, sebab hakikat manusia adalah pada jiwanya. Sesuatu dinilai indah haruslah dapat dipandang baik.
Beberapa pandangan tokoh perenialisme terhadap pendidikan:
  1. Program pendidikan yang ideal harus didasarkan atas paham adanya nafsu, kemauan, dan akal (Plato)
  2. Perkemhangan budi merupakan titik pusat perhatian pendidikan dengan filsafat sebagai alat untuk mencapainya ( Aristoteles)
  3. Pendidikan adalah menuntun kemampuan-kemampuan yang masih tidur agar menjadi aktif atau nyata. (Thomas Aquinas)
Adapun norma fundamental pendidikan menurut  J. Maritain adalah cinta kebenaran, cinta kebaikan dan keadilan, kesederhanaan dan sifat terbuka terhadap eksistensi serta cinta kerjasama.
4.  PENDIDIKAN NASIONAL
  
Pendidikan nasional adalah suatu sistem yang memuat teori praktek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh filsafat bangsa yang bersangkutan guna diabdikan kepada bangsa itu untuk merealisasikan cita-cita nasionalnya.
Pendidikan nasional Indonesrn adalah suatu sistem yang mengatur dan menentukan teori dan pratek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh flisafat bangsa Indonesia yang diabdikan demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia guna memperlanar mencapai cita-cita nasional Indonesia.
Filsafat pendidikan nasional Indonesia adalah suatu sistem yang mengatur dan menentukan teori dan praktek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh filsafat hidup bangsa "Pancasila" yang diabdikan demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia dalam usaha merealisasikan cita-cita bangsa dan negara Indonesia.

Sumber : http://pakguruonline.pendidikan.net/buku_tua_pakguru_dasar_kpdd_11.html#top

 Filsafat pendidikan merupakan aplikasi filsafat dalam pendidikan (Kneller, 1971). Pendidikan membutuhkan filsafat
karena masalah-masalah pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan yang dibatasi pengalaman, tetapi
masalah-masalah yang lebih luas, lebih dalam, serta lebih kompleks, yang tidak dibatasi pengalaman maupun fakta-
fakta pendidikan, dan tidak memungkinkan dapat dijangkau oleh sains pendidikan.
Seorang guru, baik sebagai pribadi maupun sebagai pelaksana pendidikan, perlu mengetahui filsafat pendidikan.
Seorang guru perlu memahami dan tidak boleh buta terhadap filsafat pendidikan, karena tujuan pendidikan senantiasa
berhubungan langsung dengan tujuan hidup dan kehidupan individu maupun masyarakat yang menyelenggarakan
pendidikan . Tujuan pendidikan perlu dipahami dalam hubungannya dengan tujuan hidup. Guru sebagai pribadi
mempunyai tujuan hidupnya dan guru sebagai warga masyarakat mempunyai tujuan hidup bersama.
Filsafat pendidikan harus mampu memberikan pedoman kepada para pendidik (guru). Hal tersebut akan mewarnai sikap
perilakunya dalam mengelola proses belajar mengajar (PBM). Selain itu pemahaman filsafat pendidikan akan
menjauhkan mereka dari perbuatan meraba-raba, mencoba-coba tanpa rencana dalam menyelesaikan masalah-
masalah pendidikan.
B. Permasalahan
Bagaimana peranan filsafat pendidikan bagi guru? Apa yang menentukan filsafat pendidikan seorang guru?
C. Pembahasan
Peranan filsafat pendidikan ditinjau dari tiga lapangan filsafat, yaitu:
1. Metafisika
Metafisika merupakan bagian filsafat yang mempelajari masalah hakekat: hakekat dunia, hakekat manusia, termasuk di
dalamnya hakekat anak. Metafisika secara praktis akan menjadi persoalan utama dalam pendidikan. Karena anak
bergaul dengan dunia sekitarnya, maka ia memiliki dorongan yang kuat untuk memahami tentang segala sesuatu yang
ada. Memahami filsafat ini diperlukan secara implisit untuk mengetahui tujuan pendidikan.
Seorang guru seharusnya tidak hanya tahu tentang hakekat dunia dimana ia tinggal, tetapi harus tahu hakekat manusia,
khususnya hakekat anak. Hakekat manusia:
Manusia adalahü makhluk jasmani rohani
Manusia adalah makhluk individual sosialü
ü Manusia adalah makhluk yang bebas
Manusia adalah makhluk menyejarahü
2. Epistemologi
Kumpulan pertanyaan berikut yang berhubungan dengan para guru adalah epistemologi. Pengetahuan apa yang benar?
Bagaimana mengetahui itu berlangsung? Bagaimana kita mengetahui bahwa kita mengetahui? Bagaimana kita
memutuskan antara dua pandangan pengetahuan yang berlawanan? Apakah kebenaran itu konstan, ataukah kebenaran
itu berubah dari situasi satu kesituasi lainnya? Dasn akhirnya pengetahuan apakah yang paling berharga?
Bagaimana menjawab pertanyaan epistemologis tersebut, itu akan memiliki implikasi signifikan untuk pendekatan
kurikulum dan pengajaran. Pertama guru harus menentukan apa yang benar mengenai muatan yang diajarkan,
kemudian guru harus menentukan alat yang paling tepat untuk membawa muatan ini bagi siswa. Meskipun ada banyak
cara mengetahui, setidaknya ada lima cara mengetahui sesuai dengan minat / kepentingan masing-masing guru, yaitu
mengetahui berdasarkan otoritas, wahyu tuhan, empirisme, nalar, dan intuisi.
Guru tidak hanya mengetahui bagaimana siswa memperoleh pengetahuan, melainkan juga bagaimana siswa belajar.
Dengan demikian epistemologi memberikan sumbangan bagi teori pendidikan dalam menentukan kurikulum.
Pengetahuan apa yang harus diberikan kepada anak dan bagaimana cara untuk memperoleh pengetahuan tersebut,
begitu juga bagaimana cara menyampaikan pengetahuan tersebut.
3. Aksiologi
Cabang filsafat yang membahas nilai baik dan nilai buruk, indah dan tidak indah, erat kaitannya dengan pendidikan,
karena dunia nilai akan selalu dipertimbangkan atau akan menjadi dasar pertimbangan dalam menentukan tujuan
pendidikan. Langsung atau tidak langsung, nilai akan menentukan perbuatan pendidikan. Nilai merupakan hubungan
sosial.
Pertanyaan-pertanyaan aksiologis yang harus dijawab guru adalah: Nilai-nilai apa yang dikenalkan guru kepada siswa
untuk diadopsi? Nilai-nilai apa yang mengangkat manusia pada ekspresi kemanusiaan yang tertinggi? Nilai-nilai apa
yang bener-benar dipegang orang yang benar-benar terdidik?
http://smp-acot.stbellarminus-jkt.net
Powered by Joomla!
Generated: 27 April, 2011, 03:50
stbellarminus-jkt.net
Pada intinya aksiologi menyoroti fakta bahwa guru memiliki suatu minat tidak hanya pada kuantitas pengetahuan yang
diperoleh siswa melainkan juga dalam kualitas kehidupan yang dimungkinkan karena pengetahuan. Pengetahuan yang
luas tidak dapat memberi keuntungan pada individu jika ia tidak mampu menggunakan pengetahuan untuk kebaikan.
Filsafat pendidikan terdiri dari apa yang diyakini seorang guru mengenai pendidikan, atau merupakan kumpulan prinsip
yang membimbing tindakan profesional guru. Setiap guru baik mengetahui atau tidak memiliki suatu filsafat pendidikan,
yaitu seperangkat keyakinan mengenai bagaimana manusia belajar dan tumbuh serta apa yang harus manusia pelajari
agar dapat tinggal dalam kehidupan yang baik.
Filsafat pendidikan secara fital juga berhubungan dengan pengembangan semua aspek pengajaran. Dengan
menempatkan filsafat pendidikan pada tataran praktis, para guru dapat menemukan berbagai pemecahan permasalahan
pendidikan.
Terdapat hubungan yang kuat antara perilaku guru dengan keyakinannya:
1. Keyakinan mengenai pengajaran dan pembelajaran
Komponen penting filsafat pendidikan seorang guru adalah bagaimana memandang pengajaran dan pembelajaran,
dengan kata lain, apa peran pokok guru? Sebagian guru memandang pengajaran sebagai sains, suatu aktifitas
kompleks. Sebagian lain memandang sebagai suatu seni, pertemuan yang sepontan, tidak berulang dan kreatif antara
guru dan siswa. Yang lainnya lagi memandang sebagai aktifitas sains dan seni. Berkenaan dengan pembelajaran,
sebagian guru menekankan pengalaman-pengalaman dan kognisi siswa, yang lainnya menekankan perilaku siswa.
2. Keyakinan mengenai siswa
Akan berpengaruh besar pada bagaimana guru mengajar? Seperti apa siswa yang guru yakini, itu didasari pada
pengalaman kehidupan unik guru. Pandangan negatif terhadap siswa menampilkan hubungan guru-siswa pada
ketakutan dan penggunaan kekerasan tidak didasarkan kepercayaan dan kemanfaatan.Guru yang memiliki pemikiran
filsafat pendidikan mengetahui bahwa anak-anak berbeda dalam kecenderungan untuk belajar dan tumbuh.
3. Keyakinan mengenai pengetahuan
Berkaitan dengan bagaimana guru melaksanakan pengajaran. Dengan filsafat pendidikan, guru akan dapat memandang
pengetahuan secara menyeluruh, tidak merupakan potongan-potongan kecil subyek atau fakta yang terpisah.
4. Keyakinan mengenai apa yang perlu diketahui
Guru menginginkan para siswanya belajar sebagai hasil dari usaha mereka, sekalipun masing-masing guru berbeda
dalam meyakini apa yang harus diajarkan.
D. PENUTUP
Peran filsafat pendidikan bagi guru, dengan filsafat metafisika guru mengetahui hakekat manusia, khususnya anak
sehingga tahu bagaimana cara memperlakukannya dan berguna untuk mengetahui tujuan pendidikan. Dengan filsafat
epistemologi guru mengetahui apa yang harus diberikan kepada siswa, bagaimana cara memperoleh pengetahuan, dan
bagaimana cara menyampaikan pengetahuan tersebut. Dengan filsafat aksiologi guru memehami yang harus diperoleh
siswa tidak hanya kuantitas pendidikan tetapi juga kualitas kehidupan karena pengetahuan tersebut.
Yang menentukan filsafat pendidikan seorang guru adalah seperangkat keyakinan yang dimiliki dan berhubungan kuat
dengan perilaku guru, yaitu: Keyakinan mengenai pengajaran dan pembelajaran, siswa, pengetahuan, dan apa yang
perlu diketahui.
E. DAFTAR PUSTAKA
Kneller, George F. 1971. Introduction to the Philosophy of Education. John Willey Sons Inc, New York.
Sadulloh, U. 2003. Pengantar Filsafat Pendidikan. CV Alfabeta, Bandung.
Sindhunata. 2000. Menggagas Paradigma Baru Pendidikan. Kanisius, Yogyakarta
Soedijarto. 1993. Menuju Pendidikan Nasional yang Relevan dan Bermutu. Balai Pustaka, Jakarta.
Zamroni. 2000. Paradigma Pendidikan Masa Depan. PT Bayu Indra Grafika, Yogyakarta.








Sumber : http://pakguruonline.pendidikan.net/buku_tua_pakguru_dasar_kpdd_11.html#top


Pendidikan Agama Islam
Beginilah Cara Anak Jalanan Mengenyam Bangku ‎Sekolah

Orang menyebut nya anak punk: rambut jigrak, hidung dan ‎bibir penuh tindik, atau berpakaian ketat yang lusuh. Merokok, minuman keras, bahkan ‎ngedrug sudah menjadi bagian dari keseharian perempuan muda itu.‎
Sekali waktu, Deby--remaja putri tersebut--tiba-tiba datang ke Pusat Kegiatan Belajar ‎Masyarakat Bina Insan Mandiri (PKBM BIM), lembaga yang memberikan bimbingan ‎pengajaran kepada anak jalanan di sekitar Terminal Depok. Kedatangan Deby bersamaan ‎ketika anak-anak jalanan tengah belajar membaca Alquran.‎
Kehadirannya membuat anakanak dan pembina di PKBM itu terkejut. Bukan semata karena ‎penampilan yang punk, tapi juga tingkah lakunya yang urakan. Bahasa tubuhnya ‎mengisyaratkan gerakan nakal. Keterkejutan itu mereda setelah Deby mengutarakan niatnya.‎
"Waktu itu, saya cuma ngerasa capek tinggal di jalan. Lalu, saya dapat info dari teman, ‎katanya PKBM BIM buat anjal (anak jalanan) yang pengen belajar," dua mengisahkan ‎peristiwa ketika pertama datang ke PKBM ini.‎
Deby telah berbulat tekad untuk berubah. Tekad dan niat baik itu disambut dengan tangan ‎terbuka. Sembari belajar bersama anak-anak jalanan yang lain, ia pun mulai memperbaiki ‎penampilan. Rambutnya tidak lagi jigkrak, tindikan di tubuhnya pun dilepas. Pakaiannya tidak ‎lagi ketat, bahkan agak longgar.‎
Sekitar dua bulan dibina di PKBM BIM, ia benar-benar ber ubah. Deby telah meninggalkan ‎perilaku buruk meski sesekali diam-diam ia masih merokok di luar lingkungan PKBM BIM. ‎Tapi, rambut jigrak-nya telah ditutupi selembar kain kerudung dan pakaian longgar menutupi ‎seluruh tubuhnya.‎‎
"Saya juga tidak tahu kenapa, tiba-tiba ingin memakai kerudung. Kata teman-teman tubuh ‎saya seksi, jadi kerap digodai. Saya jadi risih. Maka itu, dikerudungi," ujarnya blak-blakan. ‎Mustami, salah seorang relawan PKBM BIM, menuturkan, saat kedatangan Deby, anak-anak ‎binaan takut. Bahkan, tidak sedikit yang menjauhi. Mereka tidak mau berteman dengannya.‎
Dia juga mengakui adanya perubahan pada diri perempuan muda itu. Mustami mengatakan, ‎Deby sekarang berbeda dengan yang dulu. Meski tetap memperlihatkan sikap manja dan ‎merokok diam-diam, Deby telah memiliki perilakunya lebih baik.‎
Saat ditanya mengenai Deby yang menggunakan kerudung dan pakaian longgar, ia ‎mengatakan tidak pernah memerintahkannya. Itu kemauannya sendiri untuk menutupi ‎tubuhnya. "Hikmah dari Allah SWT memang tidak pilih-pilih orang, bisa didapatkan siapa ‎saja," tuturnya.‎
Di PKBM BIM, menurut Mustami, anak-anak binaan memang diajarkan agama. "Kami ‎mengajarkan agama tidak dengan perintah, tetapi dengan contoh. Mereka tidak bisa diajarkan ‎dengan perintah," dia berujar. Pelajaran Bagaimana pola pengajaran yang dilakukan di PKBM ‎ini?
Mustami mengungkapkan, setiap pagi pukul 08.00 WIB, anak-anak diberikan pelajaran ‎membaca dan menulis ayat-ayat Alquran.‎
PKBM BIM juga mengadakan khitan dan nikah massal. Pasalnya, cukup banyak anak jalanan ‎yang sudah balig, tapi belum dikhitan. Tingkat seks bebas di kalangan anak-anak jalanan juga ‎cukup tinggi. Karena itu, jika ada yang hamil, pengurus PKBM menikahkannya. Tentu saja ‎setelah memperoleh izin dari orang tua.‎
Saat ini, terdapat 30 keluarga yang masih tinggal di asrama PKBM BIM. Puluhan keluarga ‎baru ini tetap diberikan bim bingan agar memiliki tanggung jawab dan tidak rapuh. Jika mem ‎butuhkan modal untuk usaha, PKBM akan memberikannya tanpa jaminan.‎Mustami menyatakan, lembaga ini tidak pernah meminta da na kepada lembaga lain. "Jika ada ‎yang memberikan, kami sa ngat berterima kasih." Jujur saja, katanya, terkadang pemasukan ‎PKBM tidak sesuai dengan pengeluaran yang dibutuhkan. "Bangunan tempat belajar pun ‎banyak yang bocor," tuturnya.‎
Meski dengan berbagai kekurangan, jangan menanyakan prestasi yang sudah didapatkan anak-‎anak jalanan binaan PKBM ini. Berbagai piagam dan penghargaan terpampang di ruang kantor ‎PKBM BIM yang berukuran sekitar 2 x 4 meter persegi itu. Terakhir, seorang anak jalanan ‎binaan PKBM BIM, Adam, memenangkan kejuaraan terbuka panjat tebing untuk anak-anak ‎kurang dari usia delapan tahun pada September 2010.‎‎
"Saya suka manjat kereta untuk naik ke atap. Hanya main-main, lalu turun di Stasiun UI atau ‎Pasar Minggu untuk mengemis," ucapnya lugu. Adam tidak menyangka, kebiasaannya ‎memanjat kereta berbuah manis pada kejuaraan tersebut. Mustami menilai, banyak potensi ‎terpendam pada anak-anak jalanan. Karena itu, PKBM berupaya membina dan ‎mengembangkan potensi tersebut.‎
Sejumlah usaha mandiri, seperti percetakan dan bengkel, telah dibangun. Bahkan, beberapa ‎anak binaan kini menjadi mahasiswa perguruan tinggi negeri, seperti Universitas Indonesia ‎‎(UI) dan Universitas Negeri Jakarta (UNJ).‎
Potensi itulah agaknya yang selama ini belum banyak diperhatikan pemerintah. Hingga ‎delapan tahun berdirinya PKBM BIM, lirikan pemerintah boleh dikata tak ada. "Jika diajak ‎kerja sama, kami akan sangat terbuka. Tapi, pemerintah kerap meman dang sebelah mata ‎terhadap PKBM ini," ujarnya.‎
Padahal, anak-anak jalanan yang dibina mulai berani berdiri tegak, menatap masa depan yang ‎lebih baik dengan optimisme. Berkat bimbingan dan pengajaran, mereka umumnya telah ‎berubah. Deby, perempuan muda yang semula berpenampilan punk, kini telah menutup rambut ‎jigrak-nya dengan kerudung.‎
Sumber dari :
http://islamblogku.blogspot.com/2010/11/beginilah-cara-anak-jalanan-mengenyam.html

Cari Blog Ini